Haven’t post for a while. Dan ga kerasa sekarang saya sudah
bukan anak sma lagi, bukan anak bawang yang kalo ke sekolah mesti pake kaos
kaki semata kaki dan rok di bawah lutut. Sekarang saya bisa pake baju apa aja
ke sekolah, dan dengan postur Hale Berry , saya mungkin akan datang sambil bawa
pecut ke sekolah pas ngambil ijazah. Kalau bukan karena broadcast dari guru
yang katanya paling gaul satu sekolah dan kalau ketawa di bb tulisannya jadi
melayang-layang ,mau bilang oke aja kita harus mati-matian ngescroll layar
supaya tau maksudnya apa, dan kalau nulis status udah kayak beli dvd , ada
subtile primer dan sekundernya. Guru saya, sebut saja namanya BUNGA, walau dia
pasti lebih senang dipanggil Tao Ming Tze, adalah wali kelas saya di tahun
terakhir saya SMA.
Bapak
ini usianya sudah sangat layak kawin, tapi entah mengapa tiap kali pdkt dia
pasti ditolak. Dan dia dengan bangganya menceritakan kenaasan perjalanan
cintanya kepada murid-murid dengan tampang peraih olimpiade, atau pemegang
rekor muri. Seolah-olah ditolak itu adalah sebuah pencapaian hidup yang sakral
dan cuma bisa diperoleh mereka yang tiap hari meluangkan waktunya untuk saat
teduh atau mengadakan perkunjungan kepada orang-orang sakit. And the thing that
bothers me the most adalah ketika dia selalu memakai excuse yang sama ketika
ditolak ,” Sampai sekarang saya ga punya-punya pacar salah satunya karena saya
suka bantu orang. Uang saya habis buat bantu orang.” Begitulah kira-kira quote
andalan Bunga.
Bunga
adalah tipe orang yang narsis , hampir kayak Hitler mungkin, bedanya Hitler
dengan kumisnya tampak sangar, Bunga dengan gaya peacenya mirip unicorn
terbang-terbang tunggangannya strawberry shortcake. Bunga, mengkategorikan
dirinya sebagai guru imut abad 21 dan mencoba membrainwash semua siswa supaya
memikirkan hal yang sama. Padahal Bunga masih kalah imut sama joshua pas nyanyi
walang kekek atau Agnes di video klip kucing nakal. Ini fakta. Di Indonesia ada
2 tipe guru , guru yang terpengaruh politik dan guru yang terpengaruh boyband
Korea. Kalau SBY sudah memberi instruksi untuk melaporkan guru-guru yang
dicurigai melakukan praktek politik dalam mengajar, SBY harusnya juga
mengerahkan tenaga untuk menghentikan pengaruh boyband di kalangan guru. Cukup
murid saja yang hidup bagaikan boyband. Rambut berponi dan dismoothing, pakai
v-neck, dan kalung kesehatan yang bentuknya hati. Guru saya ini suka banget
ngeliat video latihannya boyband pas mereka lepas kutang dan keringetan,
seolah-olah dia adalah bagian dari mereka. Semacam ikatan batin dengan artis
korea, si Bunga mempraktekkan aksi lepas kutang di kelas. Sayangnya, tidak ada
yang perhatian. Enough for the nonsense, intinya guru saya adalah seseorang
yang imut banget dan perfect di matanya. Seolah-olah kelemahannya itu adalah
karisma yang membuat dia tambah cakep.
Orang-orang
yang self-centered seperti ini, sering merasa orang-orang yang tidak satu
komunitas dengan dia adalah orang-orang aneh, atau bahasa yang lagi ngehip
adalah, FREAK. Kalau ada orang yang makan trus sendawa dibilang FREAK, ada orang
yang suka kukur-kukur pantat dibilang FREAK, orang habis operasi, kentut,
dibilang FREAK, orangnya minta suntik mati , orang yang lebih cakep dikit
dibilang FREAK, orang buang sampah di tempatnya dibilang FREAK. Pokoknya apapun
yang dilihat dia dan bukan sesuatu yang biasa dilakukan selalu dibilang FREAK.
Virus memFREAKkan orang lain di sekolah saya sempat jadi trend. Anak-anak gaul
yang menguasai meja kantin dan kalau bayar pake flazz BCA sering banget ngolok
anak dengan tampang culun yang kalau istirahat di kantin ngumpulnya sesama anak
culun lainnya dan kerjaannya makan nasi padang sambil main tebak-tebakan nama
burung sebagai anak FREAK. Begitu pula sebaliknya, kalau anak culun ngeliat
anak nakal di luar sekolah, rokokan sambil mbleyer , pasti mereka nyeletuk
FREAK.
Nah,
guru saya salah satu korban sinetron putih abu-abu yang mempopulerkan jargon
FREAK ini. Suatu hari dia mengingatkan anak-anak kelas untuk menyemangati teman
saya yang lagi olimpiade. Spontan anak-anak pada ngerespon ,”Loh,kan sudah ada
pacarnya pak” lalu si Bunga bakung di padang, dikasihi Tuhan ini nyaut “Sama
aja pacarnya juga FREAK” dengan nada ibu tiri mau nyiram air keras ke anaknya.
“Kalian tau kan, teman kalian itu, dia cita-citanya mau buat BOM. Saya tau dia
anak genius tapi sosialnya rendah sekali, kalau dia buat Bom yang rugi kalian.”
Mungkin Bunga kelamaan ngurus anak-anak Papua sampai gatau kalau Bom
konotasinya tidak selalu jahat, misalnya Bom Tutupoli, Bomdan Prakoso, Pamela
Bomie, dan masih banyak lagi. Yang jelas, seperti bakteri, ada bakteri jahat
dan ada bakteri baik, oleh karena itu minumlah Yakult dua kali sehari! Hello , bung, dari jaman Nobel juga bom bukan
untuk membunuh melainkan meledakkan. Bisa aja teman saya itu tertarik mengerjakan proyek-proyek tambang atau
kontruksi yang butuh bom untuk kerja.
Tapi
karena mindset dari awal bahwa dunia kita berbeda, makanya kata-kata FREAK itu
muncul. Sebenernya menjadi seorang FREAK bukanlah sesuatu yang buruk. That what
distincts you from others. Karena FREAK ditujukan buat mereka yang beda gaya
sama kita, berarti menjadi FREAK menunjukkan kalau kita beda, kita unik. Jadi
jangan sekali-kali kita mengunderestimate diri kita sendiri, karena being a
freak is the new pink (akibat kebanyakan baca fashion magz).
Buat
mas Bunga, maaf banget kalau saya banyak menyindir mas. Tapi saya akui dari
lubuk hati yang terdalam bahwa mas Bunga adalah seseorang yang baik. Dan jodoh
itu ga kemana, kalau memang belum ketemu pasti ada momentumnya. Dan kawin di
atas umur 35 kabarnya menurunkan kualitas gamet. Jadi teruslah mencari! Anda
masih punya 5 tahun lagi ;)